Puluhan Siswa SMPN 2 Airmadidi Diduga Keracunan Makanan: Ruang Perawatan Penuh, Anak-Anak Terpaksa Tidur di Kursi Rumah Sakit
Airmadidi — Malam yang seharusnya menjadi waktu istirahat bagi para siswa SMPN 2 Airmadidi berubah menjadi malam kepanikan. Sejak Kamis malam, gejala mual, muntah, hingga lemas secara tiba-tiba menyerang sejumlah siswa. Dalam hitungan jam, jumlah anak yang sakit terus bertambah, memaksa para orang tua dan guru membawa mereka ke berbagai rumah sakit di Kabupaten Minahasa Utara.
Hingga Jumat pagi, puluhan siswa masih menjalani perawatan di RSU Tonsea Airmadidi, RS Walanda Maramis, dan RS Lembean. Lonjakan pasien terjadi begitu cepat sehingga membuat fasilitas rumah sakit kewalahan. Ruang perawatan penuh, dan tenaga medis harus bekerja ekstra untuk mengatasi situasi darurat ini.
Yang membuat hati miris, beberapa siswa terpaksa tidur di deretan kursi rumah sakit karena tidak tersedia ruang inap maupun tempat tidur tambahan. Di kursi panjang itulah mereka berusaha beristirahat, sebagian dengan selimut seadanya, sebagian lain masih menunggu infus dipasang. Wajah-wajah pucat dan tubuh yang lemas membuat pemandangan itu terasa semakin memilukan.
Beberapa orang tua hanya bisa duduk di samping anak mereka, memegangi bahu sang anak yang tertidur tidak nyaman. Ada yang mencoba mengipasi anaknya dengan tangan agar sedikit lebih lega, ada pula yang tampak putus asa karena bingung hendak meminta bantuan ke mana. Rumah sakit penuh, namun kondisi anak-anak tak memungkinkan untuk dibawa pulang.
Informasi dari warga menyebutkan bahwa para siswa diduga mengalami keracunan makanan, namun hingga kini belum ada pernyataan resmi mengenai penyebab pastinya. Pemeriksaan medis masih berlangsung, begitu pula upaya penelusuran asal makanan yang diduga menjadi pemicu kejadian.
Ketiadaan pernyataan resmi dari pihak sekolah maupun pemerintah daerah membuat banyak pihak mempertanyakan bagaimana kejadian ini bisa terjadi dan mengapa penanganan awal tidak lebih cepat dilakukan. Situasi ini sekaligus menyoroti rapuhnya sistem penanganan darurat ketika banyak korban datang secara bersamaan, terutama di fasilitas kesehatan daerah yang kapasitasnya terbatas.
Meski begitu, para tenaga medis terus berjuang memberikan penanganan terbaik di tengah keterbatasan. Mereka harus bergerak cepat dari satu pasien ke pasien lain, memastikan semua anak tetap terpantau.
Hingga berita ini diterbitkan, para siswa masih berada dalam pengawasan intensif. Para orang tua berharap pemulihan anak-anak berjalan cepat dan penyebab kejadian ini segera terungkap agar langkah pencegahan bisa dilakukan secepatnya
Ingrid F Rumetor
