Kilas-Info.com Airmadidi, 28 November 2025 — Puluhan siswa dan beberapa guru SMP Negeri 2 Airmadidi dilarikan ke rumah sakit pada Rabu (26/11/2025) sore setelah mengalami mual, muntah, pusing hingga diare. Dugaan sementara mengarah pada konsumsi makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG), namun pihak sekolah menegaskan bahwa penyebab pasti belum dapat disimpulkan. Hingga kini, polisi dan dinas terkait masih melakukan penyelidikan mendalam.
Korban dibawa ke beberapa fasilitas kesehatan, termasuk RSU GMIM Tonsea, RSUD Maria Walanda Maramis, dan RS Lembean. Ada yang mendapat perawatan jalan, ada pula yang harus menjalani rawat inap karena kondisi lebih berat.
Sekolah: “Kami tidak ingin menyalahkan siapa pun, semua kami serahkan pada pihak berwenang”
PLT Kepala Sekolah SMPN 2 Airmadidi, Agnes Mantiri, membenarkan adanya puluhan siswa dan guru yang mengalami gejala sakit serupa setelah makan MBG.
“Benar, ada beberapa puluhan siswa dan guru yang mengalami mules, muntah dan diare. Kami sangat prihatin. Tetapi kami tidak ingin menyudutkan pihak manapun karena sekolah hanyalah penerima manfaat MBG bukan pelaksana teknis. Penyelidikan kami serahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian dan dinas terkait,” ujar Mantiri.
Agnes menambahkan bahwa sejumlah guru dan siswa yang makan dengan porsi sama justru tidak mengalami gejala, sehingga sekolah tidak mau menduga-duga penyebabnya.
“Karena ada siswa dan guru yang ikut makan tapi sehat-sehat saja, kami tunggu saja hasil uji laboratorium. Tidak boleh ada spekulasi,” tambahnya.
Ia menegaskan bahwa fokus sekolah kini adalah memastikan siswa dan guru yang dirawat mendapatkan perhatian dan pendampingan penuh.
Dinas Pendidikan Minut: “Keselamatan anak-anak adalah prioritas utama”
Kepala Dinas Pendidikan Minahasa Utara (Kadis Pendidikan Minut) Jofieta Supit, turun langsung bersama Bupati Minut dan pihak sekolah meninjau kondisi para siswa di tiga rumah sakit pada Kamis (27/11/2025).
“Kami langsung bergerak begitu mendengar laporan. Ada yang rawat jalan dan ada yang rawat inap, dan semuanya sedang ditangani secara maksimal,” kata Supit.
Dalam kunjungan itu, ditemukan bahwa sebagian siswa tidak memiliki BPJS. Pemerintah bergerak cepat melakukan pendataan dan pengurusan.
“Kami sudah berkoordinasi dengan Bupati Minut untuk mempercepat pengurusan BPJS bagi siswa yang belum punya, supaya pelayanan kesehatan tidak terhambat,” ujarnya.
Polisi Turun Tangan: Ambil Sampel Makanan & Periksa CCTV
Untuk memastikan asal-usul gangguan kesehatan yang dialami siswa dan guru, Polres Minahasa Utara bersama Dinas Kesehatan telah melakukan serangkaian langkah penyelidikan.
Mengambil sampel makanan MBG dari sekolah dan dapur penyedia untuk diuji laboratorium.
Mengambil sampel muntahan dan feses dari beberapa pasien (prosedur standar kasus dugaan keracunan).
Melakukan pengecekan rekaman CCTV di area sekolah dan titik distribusi untuk melihat:
siapa saja yang terlibat dalam pembagian makanan,
bagaimana proses penyajian,
apakah ada dugaan kontaminasi atau pelanggaran prosedur.
Seorang penyidik Polres Minut menyampaikan bahwa semua langkah diambil untuk memastikan penyebab secara ilmiah dan objektif.
“Kami sudah mengamankan sampel makanan dan sedang menunggu hasil laboratorium. CCTV juga dicek untuk memastikan tidak ada aktivitas mencurigakan. Penyelidikan masih berjalan, dan kami meminta masyarakat tidak berspekulasi,” ujar sumber kepolisian.
Pihak Kepolisian menegaskan bahwa belum ada kesimpulan apakah keracunan benar berasal dari MBG atau faktor lain.
Kepedulian dari Sekolah & Pemerintah
Pihak sekolah juga menunjukkan kepedulian kepada keluarga korban dengan membawa makanan dan membantu kebutuhan orang tua yang menjaga anak di rumah sakit.
“Kami datang bukan hanya untuk melihat kondisi siswa, tapi juga memberikan dukungan pada orang tua yang menjaga. Ini bentuk perhatian kami,” kata Agnes Mantiri.
Sementara itu, Dinas Pendidikan Minut terus berkoordinasi dengan rumah sakit dan pemerintah daerah untuk memastikan seluruh korban mendapat pelayanan yang layak.
Orang Tua Minta Transparansi, Siswa yang Tidak Sakit Bingung
Sejumlah orang tua berharap agar penyelidikan dilakukan secara transparan.
“Kami ingin tahu apa penyebabnya. Yang penting jangan sampai kejadian seperti ini terulang,” kata salah satu wali murid.
Menariknya, beberapa siswa yang juga makan MBG pada hari yang sama mengaku tidak sakit.
“Kami juga makan semua, tapi kami baik-baik saja,” ujar seorang siswa
Kontrasnya kondisi inilah yang membuat penyidik semakin hati-hati dalam menarik kesimpulan.
Menunggu Hasil Lab: Kesimpulan Belum Bisa Diambil
Hingga berita ini diturunkan, sampel makanan masih diperiksa di laboratorium yang ditunjuk. Pemerintah daerah, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan kepolisian meminta waktu untuk menyelesaikan penyelidikan.
Semua pihak berharap hasil pemeriksaan segera keluar agar masyarakat mendapat kejelasan dan agar langkah evaluasi bisa dilakukan jika benar ada kelalaian dalam proses MBG.
Ingrid F Rumetor
